
Ingatkah kalian saat kecil biasanya tetap disajikan satu gelas teh hangat waktu bangun tidur? Wewangian yang harum serta rasa-rasanya yang enteng membuat teh jadi minuman pujaan pada pagi hari. Tidaklah aneh bila produsen teh di Indonesia juga lumayan banyak banyaknya. Tetapi, sedikit yang mengetahui kelamnya riwayat teh Indonesia.
Minum teh menjadi rutinitas yang dilaksanakan tiap hari oleh warga Indonesia serta ini telah berjalan semenjak beberapa puluh tahun kemarin. Meskipun begitu, rupanya tanaman pemroduksi teh tersebut baru pertama-tama masuk di Indonesia di tahun 1684. Tanaman itu namanya Camellia Sinensis. Teh yang berbentuk biji teh ini konon berawal dari Jepang yang dibawa oleh seorang bangsawan Jerman namanya Andrean Clever, yang selanjutnya ditanam untuk tanaman hias di Batavia.
Baca Juga : Dengan Modal Kecil Bisa Untung Besar Saat Bermain Judi Bola
Tumbuhan ini juga makin diketahui di kelompok bangsawan di jaman dahulu, sampai pada akhirnya di era ke-18 mulai dibangun pabrik pemrosesan teh yang oleh pemerintah VOC sesudah usainya pemerintah Inggris di Nusantara. Tidak stop sampai di sana, Pemerintah Hindia Belanda juga membangun Kebun Raya Bogor untuk kebun Botani di tahun 1817. Serta tanaman teh turut lengkapi koleksi tanaman di Kebun Raya. Untuk kebun eksperimen, dipilihlah daerah Cisurupan Garut, Jawa Barat jadi tempat pengembangbiakan tanaman teh pada saat itu.
Tanaman Teh Sukses Di Indonesia
Sesudah membuat lokasi-lokasi pengembang biakan tanaman teh sukses, karena itu pemerintah waktu itu juga mulai membuat perkebunan teh dalam jumlah besar. Pembangunan itu dipelopori oleh Jacob Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, pakar teh di wilayah Jawa yang diperintah oleh Gubernur Jendral Van Den Bosch di tahun 1828.

Teh ini sendiri jadi salah satunya tipe tanaman yang masuk ke program cultuurstelsel atau bisa lebih dekat diketahui dengan arti tanam paksa pada tahun 1830.
Skema tanam paksa di tahun 1830 ini memaksakan petani untuk menanam teh di tanah yang sudah dibeli oleh pemerintah. Rupanya, komoditas 1 ini benar-benar meledak di seputar tahun itu. Ini selanjutnya membuat pemerintah kolonial jalankan sendiri perkebunan teh waktu 30 tahun.
Periode meledaknya teh di Indonesia ini adalah awalnya lahirnya budaya yang ada sampai sekarang ini. Di sekitar tahun ini warga Pulau Jawa minum teh pada pagi hari untuk sisi dari rutinitas. Yang memilukan, teh yang mereka minum cuman teh kelas 2 sebab teh paling baik ditujukan untuk export.
Keran export teh kering olahan dari Pulau Jawa ke Amsterdam tertera pertama-tama pada tahun 1835. Keberhasilan ini berbuntut di swastanisasi perkebunan di tahun 1836. Tidak lagi diurus oleh VOC, di tahun ini perusahaan swasta dibebaskan untuk lakukan pekerjaan produksi tehnya sendiri.
Perkembangan Teh Di Indonesia
Dampak dari kebijaksanaan swastanisasi ialah berubah pesatnya jumlah perkebunan teh. Di tahun 1841, perkebunan teh di semua Pulau Jawa mempunyai keseluruhan luas 2.129 hektar. 5 tahun selanjutnya, keseluruhan perkebunan teh ini naik mencolok jadi 3.193 hektar.

Riwayat teh Indonesia menulis, sesudah waktu 40 tahun memakai teh sinensis dalam kebun-kebun yang diurus, di tahun 1877 masuk teh assamica ke Indonesia. Tanaman teh 1 ini ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gembung, Jawa Barat. Teh assamica dihadirkan langsung dari Sri Sangat jarang yang sudah bertambah dulu diketahui untuk salah satunya pemroduksi teh paling baik di dunia.
Teh assamica rupanya benar-benar pas serta jumlah produksinya semakin tinggi dibanding teh sinensis. Oleh oleh karena itu dengan cara berangsur tanaman teh sinensis ditukar dengan teh assamica. Setelah pertukaran itu, perkebunan teh di Indonesia berubah makin luas. Tertera di tahun 1910 mulai dibuat perkebunan teh pertama di luar Jawa, yakni di wilayah Simalungun, Sumatera Utara.
Periode tahun 1910-1914 serta 1920-1928 adalah periode pucuk pergerakan perkembangan teh di Indonesia. Di periode ini, produksi per tahun per hektar naik sampai 6.3% dengan pergerakan perkembangan penanaman yang semakin lebih tinggi. Di tenggang tahun 1910-1940 serta dilaksanakan pelebaran perkebunan di daerah selatan bumi priangan.
Mendekati Perang Dunia II, seputar tahun 1935-1938, perdagangan teh tertera memberi keuntungan besar untuk kas negara pemerintah kolonial. Keseluruhan ada 324 perusahaan yang beroperasi di sektor produksi teh ini. 259 perusahaan salah satunya ada di Jawa Barat.